ayatul kursi

ayatul kursi

Friday, March 25, 2011

Mengenali Imam hambali

 
Ahmad bin Hanbal (781 – 855 M, 164 – 241 AH)[1] (Arab أحمد بن حنبل‏‏ ) adalah seorang ahli hadits 

dan teologi Islam. Ia lahir di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan 

utara Iran) di kota Baghdad, Irak. Kunyah beliau Abu Abdillah lengkapnya: Ahmad bin 

Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad bin 

Hanbal dikenal juga sebagai Imam Hambali.

Awal mula Menuntut Ilmu

Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga beliau hafal pada usia 15 tahun, beliau 

juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. 

Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Beliau telah 

mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini beliau pernah pindah atau 

merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya sehingga beliau akhirnya 

menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur’ah mengatakan bahwa kitabnya 

yang sebanyak 12 buah sudah belau hafal di luar kepala. Belaiu menghafal sampai sejuta hadits. 

Imam Syafi’i mengatakan tetang diri Imam Ahmad sebagai berikut :

“Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih 

terpuji, lebih shaleh dan yang lebih berilmu daripada Ahmad bin Hambal”

Abdur Rozzaq Bin Hammam yang juga salah seorang guru beliau pernah berkata,

“Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-wara’ Ahmad Bin Hanbal”

Keadaan fisik beliau

Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, 

ternyata Badan beliau tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di 

janggutnya masih ada yang hitam. Ia senang berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta 

memakai kain. Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”

Keluarga beliau

Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia melahirkan 

dari isteri-isterinya anak-anak yang soleh, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Soleh. 

Bahkan kedua-keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapanya.

Kecerdasan beliau

Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, “Husyaim meninggal dunia 

saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”. Abdullah, 

putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ 

mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti  

kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.

 Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau 

Imam Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Ia masih ditanya, “Bagaimana Anda 

tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak tercantum nama-nama 

perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu 

melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.

Pujian Ulama terhadap beliau

Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal manusia yang sangat pemalu, sangat mulia dan 

sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali 

mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta 

dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan 

menghadapkan wajahnya kepadanya. Ia sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta 

menghormatinya”. Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam 

dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam 

kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”. Ibrahim Al Harbi 

memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu 

orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu”.

 Kezuhudannya

Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat kerja membawa 

kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli seikat 

kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah 

berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.

Wara’ dan menjaga harga diri

Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh 

ribu (dirham) untuk beliau, namun beliau menolaknya”. Ada juga yang mengatakan, “Ada 

seseorang memberikan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun beliau tidak mau 

menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga ribu dinar, namun beliau juga tidak mau 

menerimanya.

Tawadhu’ dengan kebaikannya

Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin 

Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia 

membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”. Beliau (Imam Ahmad) 

mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji 

dengan popularitas”. Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis 

yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, beliau perhatian terhadap orang fakir dan agak 

kurang perhatiannya terhadap ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak tergesa-gesa 

terhadap orang fakir. Ia sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka 

kharismanya”. Beliau pernah bermuka masam karena ada seseorang yang memujinya dengan 

mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam?” beliau 

mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam 

atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!”

Sabar dalam menuntut ilmu

Tatkala beliau pulang dari tempat Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada seseorang yang 

melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka 

Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari 

Abdirrazzak”.

Hati-hati dalam berfatwa

Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada beliau, “Berapa hadits yang harus dikuasai oleh 

seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Beliau menjawab, “Tidak 

cukup”. Hingga akhirnya ia berkata, “Apakah cukup lima ratus ribu hadits?” beliau menjawab. 

“Saya harap demikian”.

Kelurusan aqidahnya sebagai standard kebenaran

Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kamu ketahui mencela Imam 

Ahmad maka ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami adalah 

cobaan, barangsiapa mencela beliau maka dia adalah orang fasik”.

Masa Fitnah

Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid 

dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi 

yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus bersembunyi di masa 

khilafah Ar-Rasyid, baru setelah beliau wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyeru 

manusia kepada kesesatan ini.

Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang jahmiyyah berhasil menjadikan paham jahmiyyah 

sebagai ajaran resmi negara, di antara ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. 

Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al Qur’an makhluk, 

terutama para ulamanya. Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini, maka dia 

selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan mengatakan 

bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan mencicipi cambukan dan pukulan 

serta kurungan penjara.

Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak kuat menahannya 

yang akhirnya mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam lisan saja. 

Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya agar 

selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun beliau menjawab, “Bagaimana kalian 

menyikapi hadits “Sesungguhnya orang-orang sebelum Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad 

ada yang digergaji kepalanya namun tidak membuatnya berpaling dari agamanya”. HR. Bukhari 

12/281. lalu beliau menegaskan, “Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan 

rumahku sama saja”.

 Ketegaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh 

Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari 

Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat”.

Di saat menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa, beliau 

masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski datang dari orang yang 

lebih rendah ilmunya. Ia mengatakan, “Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar 

suatu kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui 

kepadaku, “Wahai Ahmad, jika anda terbunuh karena kebenaran maka anda mati syahid, dan jika 

anda selamat maka anda hidup mulia”. Maka hatiku bertambah kuat”.

 Ahli hadits sekaligus juga Ahli Fiqih

Ibnu ‘Aqil berkata, “Saya pernah mendengar hal yang sangat aneh dari orang-orang bodoh yang 

mengatakan, “Ahmad bukan ahli fiqih, tetapi hanya ahli hadits saja. Ini adalah puncaknya 

kebodohan, karena Imam Ahmad memiliki pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang 

tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan beliau lebih unggul dari seniornya”.

Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah, beliau dalam fiqih sampai derajat Laits, Malik 

dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam zuhud dan wara’ beliau menyamai Fudhail dan Ibrahim bin 

Adham, dalam hafalan beliau setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini. Tetapi 

orang bodoh tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui kadar orang 

lain!!

Guru-guru Beliau

Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan 

puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan 

negeri lainnya. Di antara mereka adalah:

1. Ismail bin Ja’far
 

2. Abbad bin Abbad Al-Ataky
 

3. Umari bin Abdillah bin Khalid
 

4. Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami
 

5. Imam Asy-Syafi’i
 

6. Waki’ bin Jarrah
 

7. Ismail bin Ulayyah
 

8. Sufyan bin ‘Uyainah
 

9. Abdurrazaq
 

 10. Ibrahim bin Ma’qil

Murid-murid Beliau

Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam Ahmad bin Hambal, dan belajar kepadanya juga 

ulama yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah:

1. Imam Bukhari
 

2. Muslim
 

3. Abu Daud
 

4. Nasai
 

5. Tirmidzi
 

6. Ibnu Majah
 

7. Imam Asy-Syafi’i. Imam Ahmad juga pernah berguru kepadanya.
 

8. Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
 

9. Putranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal
 

10. Keponakannya, Hambal bin Ishaq

Wafat beliau

Setelah sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari 

Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun. Jenazah 

beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.

Karya Tulis

Beliau menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab “Musnad” dan 

sebaik baik karangan beliau dan sebaik baik penelitian Hadits. Ia tidak memasukkan dalam 

kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini berisi lebih dari 25.000 hadits.

Diantara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya dari 

ceramah (kajian-kajian) – kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Shalat dan Kitab 

as-Sunnah.

Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah

1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh 

tujuh ribu hadits.
 

2. Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini hilang”.
 

3. Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh
 

4. Kitab at-Tarikh
 

5. Kitab Hadits Syu’bah
 

6. Kitab al-Muqaddam wa al-Mu’akkhar fi al-Qur`an
 

7. Kitab Jawabah al-Qur`an
 

8. Kitab al-Manasik al-Kabir
 

9. Kitab al-Manasik as-Saghir

Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam Ahmad bin Hanbal

1. Kitab al-’Ilal
 

2. Kitab al-Manasik
 

3. Kitab az-Zuhd
 

4. Kitab al-Iman
 

5. Kitab al-Masa’il
 

6. Kitab al-Asyribah اﻞ


7. Kitab al-Fadha’il
 

 8. Kitab Tha’ah ar-Rasul
 

9. Kitab al-Fara’idh
 

10. Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah

sumber : http://jalanakhirat.wordpress.com/2010/03/07/imam-hambali/

No comments:

Post a Comment